"Nilai Hasthalaku sebagai Senjata Melawan Bullying di Kalangan Generasi Z"
Di dunia pendidikan, tindakan bullying masih menjadi masalah serius yang dapat merusak suasana belajar dan mengganggu perkembangan psikologis siswa. Bullying tidak hanya berakibat pada korban, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak nyaman bagi semua siswa. Untuk mengatasi masalah ini, penerapan nilai-nilai hasthalaku seperti tepa selira, ewuh pekewuh, guyub rukun, dan pangerten. Melalui pendekatan ini, sekolah tidak hanya bisa mencegah bullying tetapi juga mempererat hubungan antarsiswa. Di SMA Harmoni, sebuah program inovatif berhasil mengubah dinamika kelas dan memunculkan ide untuk menciptakan antologi cerpen yang menggambarkan implementasi nilai-nilai tersebut.
Di SMA Harmoni, terdapat seorang siswa bernama Arunika. Arunika adalah siswi yang cerdas dan memiliki bakat menulis, namun ia sering menjadi sasaran bully oleh sekelompok siswa yang merasa terancam dengan kemampuannya. Mereka mengolok-olok tulisan Arunika dan menuduhnya sok pintar. Setiap kali Arunika menerima komentar negatif, kepercayaan dirinya semakin menurun. Ia merasa terasing, dan semakin hari semakin jarang berinteraksi dengan teman-temannya.
Bapak Andi, guru Bahasa Indonesia di kelas Arunika, menyadari ada sesuatu yang salah. Ia melihat perubahan perilaku Arunika dan juga ketegangan di antara siswa lainnya. Bapak Andi berusaha mencari tahu dengan berbicara secara langsung kepada Arunika, tetapi ia tidak ingin mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Melihat situasi ini, Bapak Andi merasa perlu mengambil langkah yang lebih strategis. Ia memutuskan untuk mengadakan kegiatan kelas yang dapat meningkatkan kesadaran akan bullying dan pentingnya toleransi.
Bapak Andi mengusulkan untuk mengadakan workshop tentang nilai-nilai hasthalaku. Ia mengajak seluruh siswa untuk berdiskusi tentang pengalaman mereka terkait bullying dan toleransi. Dalam workshop tersebut, siswa dibagi menjadi kelompok kecil dan diminta untuk berbagi cerita. Setiap kelompok diminta untuk menceritakan pengalaman mereka, baik sebagai korban maupun pelaku. Arunika dengan berani menceritakan bagaimana rasa sakit dan keputusasaannya akibat tindakan bully yang dialaminya.
Puncak dari kegiatan ini terjadi ketika salah satu pelaku bullying, Kelana, mengakui bahwa ia merasa tidak aman dengan kemampuan Arunika. Ia menjelaskan bahwa merasa perlu untuk "menjatuhkan" Arunika agar dirinya merasa lebih baik. Momen ini membuat seluruh siswa terdiam. Mereka mulai menyadari bahwa tindakan mereka memiliki dampak yang lebih dalam dari yang mereka kira. Diskusi yang emosional ini menggugah rasa empati di antara siswa, dan mereka mulai memahami betapa pentingnya untuk saling menghargai.
Setelah workshop tersebut, Bapak Andi memberikan tantangan kepada siswa: mereka diminta untuk menciptakan sebuah karya antologi cerpen yang menggambarkan implementasi nilai hasthalaku dalam kehidupan sehari-hari. Misi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, tetapi juga untuk memfasilitasi mereka dalam menuangkan pemikiran dan pengalaman mereka secara positif.
Setelah workshop, siswa mulai bekerja sama dalam kelompok untuk menciptakan cerpen yang terinspirasi dari pengalaman mereka. Arunika, yang sebelumnya merasa tertekan, mulai menemukan semangatnya kembali. Ia menjadi pemimpin dalam kelompoknya dan mendorong teman-temannya untuk berkontribusi dengan cerita mereka. Kelana, yang sebelumnya menjadi pelaku bullying, juga terlibat dalam proses penulisan. Ia menuliskan cerita tentang seorang karakter yang belajar untuk menghargai orang lain dan mengatasi insekuritasnya.
Proses penulisan cerpen ini membawa dampak positif bagi seluruh siswa. Mereka belajar untuk saling mendengarkan dan menghargai perspektif masing-masing. Bapak Andi mengadakan sesi umpan balik di mana siswa bisa memberikan masukan satu sama lain, sehingga mereka tidak hanya belajar menulis, tetapi juga berlatih memberi dan menerima kritik dengan cara yang konstruktif.
Akhirnya, antologi cerpen tersebut selesai dan diluncurkan dalam sebuah acara di sekolah. Dalam acara tersebut, setiap kelompok membacakan cerpen mereka, dan Arunika membacakan cerpen yang ditulisnya tentang seorang gadis yang belajar untuk mencintai dirinya sendiri meskipun banyak orang meragukannya. Acara ini tidak hanya menjadi momen kebanggaan bagi siswa, tetapi juga membantu membangun kembali hubungan antarsiswa yang sempat renggang.
Setelah peluncuran antologi, Kelana dan Arunika menjadi teman baik. Mereka berdua bersama-sama menginisiasi program bulanan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan empati dan toleransi di kalangan siswa. Mereka mulai mengadakan diskusi dan kegiatan yang merangkul semua siswa, termasuk yang sebelumnya terlibat dalam tindakan bullying.
Pengalaman di SMA Harmoni menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai hasthalaku dapat menjadi solusi efektif untuk mencegah bullying dan mempererat toleransi antarsiswa. Melalui workshop dan kegiatan kreatif seperti penulisan antologi cerpen, siswa belajar untuk menghargai satu sama lain dan memahami dampak dari tindakan mereka.
Program ini tidak hanya berhasil mengubah pola pikir dan perilaku siswa, tetapi juga menciptakan lingkungan sekolah yang lebih positif, inklusif, dan mendukung. Dengan membangun kesadaran dan empati, siswa diharapkan tidak hanya menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik. Karya antologi cerpen yang dihasilkan merupakan simbol dari perjalanan mereka, sebuah bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari pengakuan kesalahan dan keinginan untuk belajar dari pengalaman. Ini adalah langkah penting menuju penciptaan masyarakat yang lebih harmonis dan toleran di masa depan.
--- Artikel ini, karya Dewi Aprilia, mengupas penerapan nilai hasthalaku bagi generasi Z sebagai strategi efektif untuk mencegah tindakan bullying di sekolah. Dalam tulisan ini, Dewi menjelaskan pentingnya nilai-nilai seperti empati, toleransi, dan saling menghargai dalam menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi semua siswa. Melalui contoh praktis dan pendekatan yang inovatif, artikel ini menunjukkan bagaimana generasi Z dapat berperan aktif dalam mengatasi bullying, serta membangun karakter yang kuat dan inklusif di era digital. Karya ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi pembaca dalam mengimplementasikan nilai hasthalaku di lingkungan pendidikan.
Artikel ini siap diikutkan dalam lomba Artikel pada event Pra Festival Sekolah Adipangastuti 2024.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
BHINEKA TUNGGAL IKA ADALAH KITA (MERAJUT PERSATUAN DENGAN BENANG HASTHALAKU)
“Bhineka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, tetapi sebuah komitmen untuk hidup berdampingan dengan damai. Mari kita wujudkan bersama dengan hasthalaku." Menjadi
MERASA, MENULIS, MENJADI
Pagi cerah… Jarum jam belum lagi menunjukkan pukul 07.00 WIB ketika Bu Rara memarkir motornya di tempat parkir sepeda guru. Ia pun Rara melangkah menyusuri koridor
SMA Negeri 3 Sragen Raih Prestasi Gemilang di Kejuaraan Raimuna Ranting 2024
Pada tahun 2024 dalam rangka Memperingati Hari Pramuka, SMA Negeri 3 Sragen kembali mengukir prestasi membanggakan dalam ajang Kejuaraan Raimuna Ranting yang diadakan di wilayah Sragen.
Perjalanan Kemenangan: Siswi SMA N 3 Sragen Berkiprah di Paskibraka Provinsi Jawa Tengah
Prestasi membanggakan kembali diraih oleh siswi SMA N 3 Sragen. Salah satu siswa berprestasi, Alfarea Dhiya Fatiha, berhasil terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Pa
JADWAL DAN SYARAT DAFTAR ULANG CPD TAHUN AJARAN 2024 2025
Berikut kami sampaikan jadwal dan syarat daftar ulang Syarat Daftar ulang ( download ) Jadwal Daftar Ulang ( download) Formulir Daftar Ulang (download) Info Tambahan 1.