• SMA NEGERI 3 SRAGEN
  • Sekolahnya Para Juara

BHINEKA TUNGGAL IKA ADALAH KITA (MERAJUT PERSATUAN DENGAN BENANG HASTHALAKU)

 

“Bhineka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, tetapi sebuah komitmen untuk hidup berdampingan dengan damai.

Mari kita wujudkan bersama dengan hasthalaku."

 

Menjadi wali kelas X atau kelas 1 SMA adalah salah satu ujian kesabaran sesungguhnya bagi seorang guru SMA. Juni 2022 awal tahun pelajaran baru, Saya diberi tugas tambahan menjadi wali kelas lebih tepatnya menjadi wali kelas X. Saya yang terbiasa menjadi wali kelas XII atau kelas XI sontak mengeluh dalam hati “Lah malah dadi wali kelas X ki pie ngko”. Pada akhirnya saya memilih tersenyum alih-alih menangis menerima tugas tambahan menjadi wali kelas X yang bisa dipastikan akan banyak cerita selama setahun kedepan.

Menjadi Istimewa: Agama, Usia dan Suku

Benar dugaan saya sebelumnya, cerita akan banyak muncul di kelas ini. Kelas X yang saya dampingi adalah kelas “istimewa”. Saya menyebutnya “istimewa” karena beberapa hal, yang pertama sebagian besar murid di kelas ini masuk ke SMA Juara melalui Zonasi Khusus. Salah satu syarat jalur zonasi khusus selain berasal dari kecamatan yang tidak ada SMA/K Negeri adalah usia yang paling tua dibandingkan pendaftar lainnya.  Di kelas saya, 5 dari 35 murid lainnya sudah berusia 17 tahun, sedangkan rata-rata usia murid pada kelas X adalah 15-16 tahun. Perbedaan usia ini cukup membawa cerita yang seru nantinya.

Yang kedua, saya menganggap “istimewa” kelas ini, karena ada lima agama yang dianut murid di kelas ini. Di kelas lainnya paling banyak hanya akan ada dua agama. Dari 35 murid di kelas ini, 14 murid bergama Islam, 11 murid beragama Kristen dan 8 murid beragama Katholik sisanya masing-masing satu murid beragama Hindu dan Budha. Perbedaan agama ini membawa warna tersendiri di kelas saya.

Perbedaan usia dan agama ternyata saling bertaut dengan perbedaan latar belakang dari masing-masing murid di kelas ini. Tidak perlu banyak waktu sampai saya mengetahui latar belakang beberapa murid-murid di kelas saya. Sebagaian besar murid saya berasal dari suku jawa tapi yang menarik ada murid saya berasal dari Bali dan sengaja datang ke Sragen untuk bersekolah di SMA Juara. Beberapa murid lainnya memiliki latar belakang keluarga dari Indonesia Timur. Perbedaan latar belakang keluarga dari tiap murid ini juga membawa keistimewaan bagi kelas saya.

 

Aku, Kamu, Dia adalah Kita.

Sik bentar jangan diputuskan dulu, lha wong dia  gak dari Jawa kan g paham Hasthalaku itu apa, masa mao dijadikan wakil kelas kita  ikut Mbak Mas SMA Juara yang nanti bakalan jadi duta Hasthalaku!”

“Kalau yang calon satunya juga kayaknya g meyakinkan deh kan dia juga g terlalu tinggi….ehem agak pendek gak sih dia?”

Heleh apa kamu bisa?!”

“Aku gak yakin juga kamu bisa!”

“sstttt….sudah lah dari  kita ini diskusi cari solusi bukan malah saling berselisih gini!”

Sejenak saya mendengar perdebatan dari depan ruang kelas, saya yakin perdebatan yang terjadi pasti sudah cukup lama. Begitu saya membuka pintu ruang kelas suasana kelas menjadi hening. Berpura-pura tidak mendengarkan apa yang telah terjadi baru saja, saya menyapa mereka dan bersiap untuk memulai sesi pendampingan Wali Kelas, kegiatan rutin setiap Jumat.

Baru akan dimulai sesi pendampingan, Celine si ketua kelas meminta ijin menyampaikan perihal perselisihan yang terjadi pagi tadi. Saya menyimak semua informasi dari Celine dan memberikan waktu bagi dia untuk menyampiakan semua data dan fakta apa yang terjadi di kelas.

Sebentar lagi akan ada event tahunan di SMA Juara dengan berbagai perlombaan dan kejuraan dimana salah satunya adalah pemilihan Mbak dan Mas SMA Juara sebagai Duta Hasthalaku. Celine mengungkapkan bagaimana perselisihan yang terjadi di kelas tentang siapa yang layak untuk mewakili kelas dalam pemilihan Mbak dan Mas SMA Juara. Terdapat beberapa kandidat tapi hampir satu minggu belum ada titik temu siapa yang akan mewakili kelas bahkan berujung kepada kondisi kelas yang tidak nyaman karena adanya perselisihan

Setelah Celine selesai menyampaikan informasi kelas dilanjutkan Al yang berpendapat bahwa sebaiknya yang dari Jawa saja yang mewakili Mbak dan Mas SMA Juara, Al berpendapat bahwa hasthalaku kan falsafah Jawa jadi yang lebih paham orang Jawa. Pendapat Al dibantah oleh Ella yang mengatakan bahwa hasthalaku itu memang dari bahasa Jawa tapi nilai-nilai hasthalaku itu universal dan tidak khusus hanya bagi orang Jawa saja. Pernyataan Ella diaminkan oleh hampir sebagian besar murid di kelas ini. Resti menambahkan bahwa waktunya kelas ini menunjukkan kepada kelas lain bahwa di kelas ini justru sudah benar-benar menerapkan nilai-nilai hasthalaku. Nilai-nilai hasthalaku yang menjadikan kita kuat dalam perbedaan.

Saya mengambil alih pembicaraan dan diskusi menarik mereka karena waktu pembinaan wali kelas hanya 30 menit. Saya bertanya kepada murid-murid di kelas bagaimana kesimpulannya. Resti menjawab bahwa dia dan teman-teman di kelas akan bergotong royong mempersiapkan sebaik mungkin untuk mengikuti rangkaian kegiatan perlombaan sekolah. Resti murid yang dewasa dalam usia dan pemikiran dibandingkan lainnya di kelas mengajak murid-murid di kelas untuk bersama-sama mempersiapkan dan mengikuti perlombaan dan pemilihan Mas dan Mbak SMA Juara sebaik mungkin.  Di akhir Resti menyampaikan kata-kata yang menyentuh hati saya dan murid-murid lainnya di kelas Resti mengucpkan bahwa “sudahi tentang Aku, Kamu dan Dia karena sekarang adalah waktunya untuk Kita”.

Indonesia dan Es Krim

Senin, akhir bulan Mei, saya mengajak kelas saya untuk belajar Sejarah. Kebetulan materi akhir semester adalah tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia. Saya mengajak mereka untuk belajar bagaimana Indonesia dengan letak geografis yang strategis membawa pengaruh terhadap jalur perdagangan dan hal ini berdampak bagi perkembangnya kebudayaan yang sangat beragam. Proses interaksi antar berbagai kelompok etnis, agama dan budaya di Indonesia membentuk Indonesia menjadi negara yang unik.

Saya menyampaikan dengan perumpaan yang sederhana bagi mereka, bahwa kondisi Indonesia seperti es krim dengan rasa yang bermacam-macam yang kemudian meleleh dan menyatu dalam sebuah wadah. Es krim adalah kelompok etnis, agama, budaya dan wadahnya adalah Indonesia.

Secara berkelompok saya meminta mereka untuk mempelajari tentang bagaimana akhirnya Indonesia bisa bertahan dengan keragaman identitas mulai dari sebelum kemerdekaan sampai pada masa sekarang. Diakhir sesi pembelajaran saya meminta refleksi dari siswa tentang pembelajaran yang telah mereka lakukan.

Celine dengan semangat menjadi perwakilan kelas berefleksi, bahwa perbedaan yang ada di Indonesia dijaga dengan baik sehingga meski rawan konflik Indonesia masih bisa bersatu sampai sekarang. Kayak di kelas ini meski berbeda agama, beda suku tapi bisa menjaga dengan baik saling pengertian selalu bergotong royong meski kadang konflik juga ada. Celine menambahkan bahwa karena sikap saling mengerti, saling guyup rukun dan selalu bergotong royong kelas ini bisa menang, perwakilan kelas kita terpilih jadi Mbak SMA Juara meski bukan orang jawa.

Diakhir pembelajaran mengajak semua murid untuk menyimpulkan bahwa keberagaman adalah sebuah keniscayaan karena setiap manusia itu unik, menghargai perbedaan adalah sebuah kewajiban kita sebagai menusia untuk memanusiakan manusia. Dengan nilai-nilai hasthalaku kita rajut perbedaan itu menjadi indah. Bhineka Tunggal Ika bukan sekedar semboyan tapi Bhineka Tunggal Ika adalah Kita.

 

 

 *Artikel ini adalah karya Atik Dwi Kurniasih yang siap diikutsertakan dalam lomba Artikel pada event Pra Festival Sekolah Adipangastuti 2024.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
"Nilai Hasthalaku sebagai Senjata Melawan Bullying di Kalangan Generasi Z"

Di dunia pendidikan, tindakan bullying masih menjadi masalah serius yang dapat merusak suasana belajar dan mengganggu perkembangan psikologis siswa. Bullying tidak hanya berakibat pada

20/09/2024 20:22 - Oleh Admin - Dilihat 76 kali
MERASA, MENULIS, MENJADI

  Pagi cerah… Jarum jam belum lagi menunjukkan pukul 07.00 WIB ketika Bu Rara memarkir motornya di tempat parkir sepeda guru. Ia pun Rara melangkah menyusuri koridor 

20/09/2024 16:11 - Oleh Admin - Dilihat 76 kali
SMA Negeri 3 Sragen Raih Prestasi Gemilang di Kejuaraan Raimuna Ranting 2024

Pada tahun 2024 dalam rangka Memperingati Hari Pramuka, SMA Negeri 3 Sragen kembali mengukir prestasi membanggakan dalam ajang Kejuaraan Raimuna Ranting yang diadakan di wilayah Sragen.

16/08/2024 08:57 - Oleh Admin - Dilihat 138 kali
Perjalanan Kemenangan: Siswi SMA N 3 Sragen Berkiprah di Paskibraka Provinsi Jawa Tengah

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh siswi SMA N 3 Sragen. Salah satu siswa berprestasi, Alfarea Dhiya Fatiha, berhasil terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Pa

23/07/2024 20:11 - Oleh Admin - Dilihat 230 kali
JADWAL DAN SYARAT DAFTAR ULANG CPD TAHUN AJARAN 2024 2025

Berikut kami sampaikan jadwal dan syarat daftar ulang Syarat Daftar ulang ( download ) Jadwal Daftar Ulang ( download) Formulir Daftar Ulang (download)   Info Tambahan 1.

02/07/2024 11:32 - Oleh Admin - Dilihat 2154 kali